Ni Made Dwijayanti, S.Pd. – Imbuhan me– sudah tidak asing lagi dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Imbuhan ini tergolong mudah dipelajari daripada bentuk imbuhan lainnya. Namun, dalam pelajaran bahasa Indonesia, khususnya saat siswa ditugaskan untuk membuat paragraf bahkan membuat teks, masih banyak ditemukannya penulisan kata yang berkaitan dengan imbuhan me- yang salah. Kesalahan tersebut mungkin saja terjadi karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembentukan kata.
Berbicara mengenai bentukan kata, kita pasti diarahkan ke dalam teori Morfologi. Morfologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari pembentukan kata. Pembentukan kata bisa terjadi karena adanya proses afiksasi atau imbuhan. Dalam proses afiksasi, yang sering mengalami perubahan bentuk adalah proses afiksasi yang berasal dari perfiks (awalan) me-. Dalam bentuknya, awalan me- atau sering ditulis meN- akan mengalami perubahan apabila dikuti dengan kata dasar. MeN– bisa menjadi me-, mem-, men-, meng-, serta menge-. Tentu perubahan bentuk tersebut berdasarkan kaidah morfologi seperti berikut ini.
Bentuk me-
Bentuk awalan meN- berubah menjadi me- apabila kata dasar yang mengikutinya diawali dengan konsonan r, l, w, y, m, n, ng, dan ny.
Contoh:
me + rawat = merawat
me + lihat = melihat
me + wasit = mewasit
me + yakin + kan = meyakinkan
me + makan = memakan
me + nanti = menanti
me + nganga = menganga
me + nyala + menyala
Bentuk mem–
Bentuk awalan meN- akan menjadi mem- apabila kata dasar yang mengikutinya diawali dengan konsonan b, f, dan v.
Contoh:
me + benci = membenci
me + baca = membaca
me + fitnah = memfitnah
me + foto = memfoto
me + vaksin = memvaksin
me + validasi = memvalidasi
Bentuk men–
Bentuk awalan meN- akan menjadi men- apabila kata dasar yang mengikutinya diawali dengan konsonan c, d, dan j.
Contoh:
me + cuci = mencuci
me + cabik = mencabik
me + duga = menduga
me + daftar = mendaftar
me + jabat = menjabat
me + jaga = menjaga
Bentuk meng–
Bentuk awalan meN- akan menjadi meng- apabila kata dasar yang mengikutinya diawali dengan konsonan a, i, u, e, o, g, h, dan kh.
Contoh:
me + ambil = mengambil
me + inap = menginap
me + ukur = mengukur
me + ekor = mengekor
me + goda = menggoda
me + hina = menghina
me + khayal = mengkhayal
Bentuk menge–
Bentuk awalan meN- akan menjadi menge- apabila kata dasar yang mengikutinya hanya terdiri dari satu suku kata.
Contoh:
me + bom = mengebom
me + cat = mengecat
me + lap = mengelap
Khusus untuk kata dasar yang diawali dengan konsonan K, T, S, P, apabila diberikan awalan meN-, konsonan yang ada di awal kata dasar tersebut menjadi luluh kecuali kata berkluster (konsonan+konsonan)
Contoh:
me + sikat = menyikat
me + susut = menyusut
me + konsumsi = mengonsumsi
me + kondisi + kan = mengondisikan
me + padu + kan = memadukan
me + pesona = memesona
me + tolong = menolong
me + taat + I = menaati
Kata dasar yang berkluster
Contoh:
me + prakti + kan = mempraktikan
me + kritik = mengkriti
me + proses = memproses
* khusus untuk kata kaji, apabila diberikan imbuhan, konsonan di awal kata dasar tidak luluh.
me + kaji = mengaji (khusus untuk umat Islam)
sehingga yang benar adalah:
me + kaji = mengkaji
Begitu juga dengan kata mempunyai, bukan memunyai karena bentuk dasarnya sebagai berikut.
me + empunya + i = mempunyai.
Proses pembentukan kata dalam imbuhan me– seperti di atas, patut kita taati agar mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk melatih pemahaman siswa-siswi SMK TI, coba jawablah mana yang benar pada kata berikut ini!
Pertanyaan
Manakah penulisan imbuhan me- yang benar?
- mempesona atau memesona?
- memproses atau memroses?
- mempunyai atau memunyai?
- memproduksi atau memroduksi?
- memperhatikan atau memerhatikan?
- mempengaruhi atau memengaruhi?
- mengkonsumsi atau mengonsumsi?
- mentertawakan atau menertawakan?
- mensejahterkan atau menyejahterakan?
- mengkomunikasikan atau mengomunikasikan?
- mengkonsultasikan atau mengonsultasikan?
- memproklamasikan atau memroklamasikan?
- menyestabilkan atau menstabilkan?
- memeroses atau memproses?
- menertawakan atau mentertawakan?
Pustaka: Chaer, Abdul. 2002. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.